RADIO DAKWAH

Kitab sahabat nabi di mata ahlus sunnah wal jamaah

9 Peninggalan Sejarah Bercorak Islam [Gratis Kalian Wajib Tahu]
Syaikh Abu 'Abdullah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Sulaiman bin Abdur Rahman Al-'Utsaimin At-Tamimi (bahasa Arab: أبو عبد الله محمد بن صالح بن محمد بن سليمان بن عبد الرحمن العثيمين التميمي‎, lahir di Unaizah, Arab Saudi, 29 Maret 1925 – meninggal di Jeddah, Arab Saudi, 5 Januari 2001 pada umur 75 tahun) adalah seorang ulama era kontemporer yang ahli dalam sains fiqh. Lebih dikenal dengan nama Syaikh Ibn 'Utsaimin atau Syaikh 'Utsaimin. Dilahirkan di kota Unaizah pada tahun 1928. Pernah menjabat sebagai ketua di Hai'ah Kibarul Ulama (semacam MUI di Kerajaan Arab Saudi). Dia wafat pada tahun 2001 di Jeddah, disholatkan di Masjidil Haram, dan dimakamkan di pemakaman Al-Adl Mekkah, Arab Saudi.[3][4]
Syaikh Utsaimin kecil mulai belajar membaca Al-Qur'an kepada kakeknya (ayah dari ibunya) yaitu Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali ad-Damigh, hingga dia hafal. Sesudah itu dia mulai mencari ilmu dan belajar khat (ilmu tulis menulis), ilmu hitung, dan beberapa bidang ilmu sastra kepada kakeknya tersebut. Kemudian Syaikh Utsaimin melanjutkan belajarnya di Maktab (sekolah kecil) Syaikh Abdurrahman as-Sa'di, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menugaskan kepada dua orang orang muridnya untuk mengajar para junior (murid-muridnya yang masih kecil). Dua murid tersebut adalah Syaikh Ali ash-Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi'. Kepada yang terakhir ini (Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi') dia Syaikh Utsaimin mempelajari kitab "Mukhtasar Al-Aqidah Al-Wasithiyah" dan "Minhaju Salikhin fil Fiqh" karya Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Disamping itu, Syaikh Utsaimin juga belajar ilmu faraidh (waris) dan fiqh kepada Syaikh Abdurrahman bin Ali bin 'Audan. Sedangkan kepada guru utama dia yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, dia mengkaji masalah tauhid, tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, faraidh, musthalahul hadits (ilmu-ilmu hadits), nahwu, dan sharaf.[5]

Syaikh Utsaimin termasuk murid yang memiliki kedudukan penting di sisi Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di. Ketika ayah Syaikh Utsaimin pindah ke Riyadh di usia pertumbuhan dia, dia pun ingin ikut bersama ayahnya. Oleh karena itu Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengirim surat kepada dia: "Hal ini tidak mungkin, kami menginginkan Muhammad (Syaikh Utsaimin) tetap tinggal di sini agar ia bisa mengambil faidah (ilmu)." Syaikh Utsaimin berkata tentang gurunya ini: "Sesungguhnya aku merasa terkesan dengan dia (Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di) dalam banyak cara dia mengajar, menjelaskan ilmu, dan pendekatan kepada para pelajar dengan contoh-contoh serta makna-makna (yang baik). Demikian pula aku terkesan dengan akhlak dia yang agung dan utama sesuai dengan kadar ilmu dan ibadahnya. Dia senang bercanda dengan anak-anak kecil dan bersikap ramah kepada orang-orang besar. Dia adalah orang yang paling baik akhlaknya yang pernah aku lihat (selama ini)."

Ketika beranjak remaja, Syaikh Utsaimin belajar kepada Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, disini Syaikh Utsaimin mempelajari kitab Shahih Bukhari, sebagian risalah-risalah (karya tulis) Ibnu Taimiyyah serta beberapa kitab-kitab fiqh. Dia berkata: "Aku terkesan terhadap Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz karena perhatian dia terhadap hadits, dan saya juga terkesan dengan akhlak dia serta sikap terbuka dia dengan manusia." Kemudian pada tahun 1951, dia duduk untuk mengajar di masjid Jami'. Ketika dibukanya institut-institut ilmu di Riyadh, dia pun mendaftarkan diri disana pada tahun 1952. Berkata Syaikh Utsaimin: "Saya masuk di lembaga pendidikan tersebut untuk tahun kedua setelah berkonsultasi dengan Syaikh Ali ash-Shalihin dan sesudah meminta ijin kepada Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Ketika itu Ma’had al ilmiyyah (Riyadh) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu umum dan khusus. Saya berada pada bidang yang khusus. Pada waktu itu bagi mereka yang ingin "meloncat" ia dapat mempelajari tingkat berikutnya pada masa libur dan kemudian diujikan pada awal tahun ajaran kedua. Maka jika ia lulus, ia dapat naik ke pelajaran tingkat lebih tinggi setelah itu. Dengan cara ini saya dapat meringkas waktu."

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (mufti pertama Kerajaan Arab Saudi) pernah menawarkan bahkan meminta berulang kali kepada syaikh Utsaimin untuk menduduki jabatan Qadhi (hakim) tinggi, bahkan telah mengeluarkan surat pengangkatan sebagai ketua pengadilan agama di Al-Ihsa (Ahsa), namun dia (Syaikh Utsaimin) menolaknya. Setelah dilakukan pendekatan pribadi, Syaikh Muhammad bin Ibrahim pun mengabulkannya untuk menarik dirinya (Syaikh Utsaimin) dari jabatan tersebut.

Sesudah dua tahun belajar, Syaikh Utsaimin lulus dan diangkat menjadi guru di ma’had Unaizah al-‘Ilmi sambil meneruskan studi dia secara intishab (Semacam Universitas Terbuka) pada fakultas syari’ah serta terus menuntut ilmu dengan bimbingan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di. Ketika Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di wafat, dia menggantikan sebagai imam masjid jami’ di Unaizah dan mengajar di perpustakaan nasional Unaizah disamping tetap mengajar di ma’had al-'Ilmi. Kemudian dia pindah mengajar di fakultas syari’ah dan ushuludin di cabang universitas Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah di Qasim.[6]

Karya-karya
  1. Talkhis Al Hamawiyah
  2. Tafsir Ayat Al-Ahkam
  3. Syarh Umdatul Ahkam
  4. Musthalah Hadits.
  5. Al Ushul min Ilmil Ushul.
  6. Risalah fil Wudhu wal Ghusl wash Shalah.
  7. Risalah fil Kufri Tarikis Shalah.
  8. Majalisu Ar Ramadhan.
  9. Al-Udhiyah wa Az Zakah.
  10. Al-Manhaj li Muridil Hajj wal Umrah.
  11. Tashil Al-Faraidh.
  12. Syarh Lum’atul I’tiqad.
  13. Syarh Al-Aqidah Al Wasithiyah.
  14. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
  15. Al Qowaidul Mustla fi Siftillah wa Asma’ihil Husna.
  16. Risalah fi Annath Thalaq Ats-Tsalats Wahidah Walau Bikalimatin (belum dicetak).
  17. Takhrij Ahadits Ar Raudh Al-Murbi’ (belum dicetak).
  18. Risalah Al Hijab.
  19. Risalah fi Ash Shalah wa Ath Thaharah li Ahlil A’dzar.
  20. Risalah fi Mawaqit Ash Shalah.
  21. Risalah fi Sujud As Sahwi
  22. Risalah fi Aqsamil Mudayanah.
  23. Risalah fi Wujubi Zakatil Huliyyi.
  24. Risalah fi Ahkamil Mayyit wa Ghuslihi (belum dicetak).
  25. Tafsir Ayatil Kursi.
  26. Nailul Arab min Qawaid Ibnu Rajab (belum dicetak).
  27. Ushul wa Qowa’id Nudhima ‘Alal Bahr Ar-Rajaz (belum dicetak).
  28. Ad Diya’ Allami’ Minal Hithab Al-Jawami’.
  29. Al Fatawaa An Nisaa’iyyah
  30. Zad Ad Da’iyah ilallah Azza wa Jalla.
  31. Fatawa Al-Hajj.
  32. Al-Majmu Al-Kabir Min Al-Fatawa.
  33. Huquq Da’at Ilaihal Fithrah wa Qarraratha Asy Syar’iyah.
  34. Al Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Muaqifuna Minhu.
  35. Min Musykilat Asy-Syabab.
  36. Risalah fil Al Mash ‘alal Khuffain.
  37. Risalah fi Qashri Ash Shalah lil Mubtaisin.
  38. Ushul At Tafsir.
  39. Risalah Fi Ad Dima’ Ath Tabiiyah.
  40. As’illah Muhimmah.
  41. Al Ibtida’ fi Kamali Asy Syar’i wa Khtharil Ibtida’.
  42. Izalat As-Sitar ‘Anil Jawab Al-Mukhtar li Hidayatil Muhtar.
  43. Syarh Riyadhis Shalihin
  44. Syarh Kitabut Tauhid
  45. Syarh Al Arba'in An-Nawawiyah
  46. Dan lain-lain.
Sumer wijkipedia

Salah satu karya beliau di di donlot di sini  download


Semoga bermanfaat
Share:

PRINSIP ILMU USHUL FIQIH


Muhammad bin Shalih al-Utsaimin - Prinsip Ilmu Ushul FiqhUshul fikih (bahasa Arab: أصول الفقه‎) adalah ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan hukum Islam yang diambil dari sumber-sumber tersebut.[1]

Sumber-sumber hukum Islam
Informasi lebih lanjut: Sumber-sumber hukum Islam
Mekanisme pengambilan hukum dalam Islam harus berdasarkan sumber-sumber hukum yang telah dipaparkan ulama. Sumber-sumber hukum islam terbagi menjadi 2: sumber primer dan sumber sekunder. Alquran dan sunnah merupakan sumber primer. Hukum-hukum yang diambil langsung dari Alquran dan Sunnah sudah tidak bertambah dan disebut sebagai syariah.

Adapun sumber hukum sekunder yaitu ijmak, qiyas, dan sumber hukum lain. Hukum-hukum yang diambil dari sumber sekunder disebut fikih. Ijmak dan qiyas merupakan sumber hukum yang disepakati oleh empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali. Sumber hukum lain seperti kebiasaan masyarakat, perkataan sahabat, dan istihsan diperselisihkan kevalidannya di antara mazhab-mazhab yang ada.

Sejarah
Pada mulanya, para ulama terlebih dahulu menyusun ilmu fikih sesuai dengan Alquran, hadis, dan ijtihad para Sahabat. Setelah Islam semakin berkembang, dan mulai banyak negara yang masuk kedalam daulah Islamiyah, maka semakin banyak kebudayaan yang masuk, dan menimbulkan pertanyaan mengenai budaya baru ini yang tidak ada di zaman Rosulullah. Maka para Ulama ahli Usul Fiqh menyusun kaidah sesuai dengan gramatika bahasa Arab dan sesuai dengan dalil yang digunakan oleh Ulama penyusun ilmu fikih.[2]

Usaha pertama dilakukan oleh Imam Syafi'i dalam kitabnya Arrisalah. Dalam kitab ini ia membicarakan tentang Alquran, kedudukan hadis, ijma, qiyas, dan pokok-pokok peraturan mengambil hukum. Usaha Imam Syafi'i ini merupakan batu pertama dari ilmu ushul fiqih yang kemudian dilanjutkan oleh para ahli ushul fiqih sesudahnya. Para ulama ushul fiqih dalam pembahasannya mengenai ushul fiqih tidak selalu sama, baik tentang istilah-istilah maupun tentang jalan pembicaraannya. Karena itu maka terdapat dua golongan yaitu; golongan Mutakallimin dan golongan Hanafiyah.[3]

Golongan Mutakallimin dalam pembahasannya selalu mengikuti cara-cara yang lazim digunakan dalam ilmu kalam, yaitu dengan memakai akal-pikiran dan alasan-alasan yang kuat dalam menetapkan peraturan-peraturan pokok (ushul), tanpa memperhatikan apakah peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan persoalan cabang (furu') atau tidak. Di antara kitab-kitab yang ditulis oleh golongan ini adalah:

  • Al-Mu'tamad oleh Muhammad bin Ali
  • Al-Burhan oleh Al-Juwaini
  • Al-Mustashfa oleh Al-Ghazali
  • Al-Mahshul oleh Ar-Razy


Golongan Hanafiyah dalam pembahasannya selalu memperhatikan dan menyesuaikan peraturan-peraturan pokok (ushul) dengan persoalan cabang (furu'). Setelah kedua golongan tersebut muncullah kitab pemersatu antara kedua aliran tersebut di antaranya adalah;

  1. Tanqihul Ushul oleh Sadrus Syari'ah
  2. Badi'unnidzam oleh As-Sa'ati
  3. Attahrir oleh Kamal bin Hammam
  4. Al-Muwafaqat oleh As-Syatibi
  5. Selain kitab-kitab tersebut di atas, juga terdapat kitab lain yaitu, Irsyadul Fuhul oleh Asy-Syaukani, Ushul Fiqih oleh Al-Chudari. Terdapat juga kitab Ushul fiqih dalam bahasa Indonesia dengan nama "Kelengkapan dasar-dasar fiqih" oleh Prof. T.M. Hasbi As-Shiddiqi
Sumber wikipedia 

link download   klik download
semoga bermanfaat 




Share:

PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUSSUNNAH WALJAMAAH

12 Kitab Hadits yang Sangat Terkenal - Bacaan Madani | Bacaan ...Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan (bahasa Arab: صالح بن فوزان بن عبد الله الفوزان‎,[1]) lahir di Arab Saudi, 1 Rajab 1354 H (28 September 1933) adalah seorang syaikh, ulama, dan merupakan anggota kehormatan dari Komite Tetap untuk Penelitian dan Fatwa Islam di Arab Saudi sejak 15 Rajab 1412 H.[2][3][4]

Shalih al-Fauzan berasal dari keluarga (Alu) Fauzan dari suku Asy-Syamasiyah, yaitu penduduk yang menepati lembah Ad-Dawasir. Orang tuanya meninggal pada saat ia masih kecil sehingga kemudian dirawat oleh keluarganya. Ia kemudian belajar Al-Quran dan dasar-dasar membaca (qiraah) dan menulis (kitabah) kepada Hamud bin Sulaiman at-Tala’al, yaitu seorang Qari yang mutqin dan imam masjid di kotanya yang kemudian menjadi hakim di Kota Dar'iyyah di Provinsi Qasim.[5]

Ia kemudian masuk ke sekolah negeri yang baru dibuka di Syamasiyah pada tahun 1369 H, kemudian menyelesaikan pendidikan dasarnya di Madrasah Faishaliyah di Buraidah pada tahun 1371 H. Disana ia ditetapkan sebagai pengajar di sekolah dasar tersebut. Setelahnya ia masuk ke Ma’had Al-‘Ilmi di Buraidah ketika baru dibuka pada tahun 1373 H, hingga lulus pada tahun 1377 H. Pada tahun yang sama, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Riyadh hingga lulus pada tahun 1381 H. Setelah itu melanjutkan kuliah hingga meraih gelar Magister dalam bidang fiqih, lalu juga gelar Doktoral pada universitas yang sama pada bidang fiqih.[2]

Jabatan
Setelah kelulusannya dari Fakultas Syari’ah, ia ditugaskan sebagai dosen di institut pendidikan di Riyadh, kemudian beralih menjadi pengajar di Fakultas Syari’ah. Selanjutnya, ditugaskan mengajar di departemen yang lebih tinggi, yaitu Fakultas Ushuluddin. Selanjutnya ia ditugasi untuk mengajar di mahkamah agung kehakiman, di mana ia ditetapkan sebagai ketua. Dan kembali mengajar di sana setelah periode kepemimpinannya berakhir. Dia kemudian menjadi anggota Komite Tetap untuk Penelitian dan Fatwa Islam (Kibaril Ulama) hingga saat ini.

DR. Shalih Al-Fauzan adalah anggota ulama besar (kibar), dan anggota komite bidang fiqih di Mekkah (cabang Rabithah), dan anggota komite untuk pengawas tamu haji, sembari juga mengetuai keanggotaan pada Komite Tetap untuk Penelitian dan Fatwa Islam. Selain itu ia juga merupakan imam, khatib, dan dosen di masjid Pangeran Mut’ib ibn Abdul Aziz di Al-Malzar.

Ia mengasuh acara tanya-jawab di program radio “Noorun ‘alad-Darb”, sambil dia juga ikut serta dalam mendukung anggota penerbitan penelitian Islam di dewan untuk penelitian, studi, tesis, dan fatwa Islam yang kemudian disusun dan diterbitkan. Dia juga ikut serta dalam mengawasi peserta tesis yang sedang menempuh gelar master dan gelar doktor.

Guru-guru dan murid-muridnya
DR. Shalih Fauzan telah mengambil ilmu dari banyak ulama (masyaikh) besar ahli fiqih, yang terkenal diantaranya:

  1. Abdul Aziz bin Baaz
  2. Abdullah bin Humaid, Al-Fauzan dahulu rutin menghadiri pengajiannya di Buraidah.
  3. Muhammad al Amin asy-Syinqithi
  4. Abdurrazaq Afifiy
  5. Shalih bin Abdurrahman As-Sukaiti
  6. Shalih bin Ibrahim Al-Bulaihi
  7. Muhammad bin Subail
  8. Abdullah bin Shalih Al-Khulaifi
  9. Ibrahim bin Ubaid al-Abdul Muhsin
  10. Hamud bin Aqlan
  11. Ali’ An-Nashir

Dia juga belajar pada beberapa ulama Al Azhar Mesir pada bidang hadits, tafsir dan bahasa arab.
Dia juga belajar pada sejumlah ulama dari Universitas Al-Azhar Mesir yang mumpuni dalam bidang hadist, tafsir, dan bahasa Arab.
Dia tentunya juga mempunyai banyak murid dari berbagai penjuru dunia yang menimba ilmu pada pertemuan dan pelajaran tetapnya, termasuk dari Indonesia. Yang terdekat diantaranya adalah Dzulqarnain M. Sunusi Al-Makassari.

Karya tulis

Kitab penjabaran hadits Jibril oleh DR. Shalih Fauzan
Shalih Fauzan telah memiliki andil yang banyak dalam penerbitan riset-riset penelitian Islam dan sebagian telah dibukukan. Dia mengarang dalam jumlah besar yang diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, di antara karya tulisnya adalah:

  1. At-Taḥqīqāt al-Marḍiyyah Fil-mabāhits al-Farḍiyyah; ini merupakan tesis untuk gelar magister
  2. Aḥkām al-Ath‘imah fīl-Syarī‘ah al-Islāmiyyah; ini merupakan tesis untuk gelar doktoral
  3. Al-Irsyād ilā Shahīhil-I‘tiqād
  4. Syarḥ al-‘Aqīdah al-Wāsiṭiyyah
  5. Al-Bayān fī Mā Akhta’a fīhi Ba‘ḍil-Kitāb
  6. Majmū‘ Muhāḍarāt fi al-‘Aqīdah wad-Da‘wah
  7. Al-Khuṭab al-Minbariyyah fi al-Munāsabāt al-‘Aṣriyyah
  8. Min A‘lām al-Mujaddiddīn fi al-Islām
  9. Rasā’il fi Mawādhī’ Mukhtalifah
  10. Majmū’ Fatāwā fi al-‘Aqīdah wal-Fiqh; yang diambil dari program radionya Nuurun ‘Ala Ad Darb dan dibukukan menjadi empat jilid
  11. Naqd Kitāb al-Halāl wal-Ḥarām fi al-Islām
  12. Syarḥ Kitāb al-Tauḥīd
  13. Al-Ta‘qīb ‘Ala Mā Żakarahu al-Khāṭib
  14. Mulākhaṣ al-Fiqh
  15. Itḥāf Ahli al-Īmān bi-Durūs Syahr Ramadhan
  16. Aḍ-Ḍiyā’ al-Lāmi‘ min al-Aḥādīṡ al-Qudsiyyah al-Jawāmi‘
  17. Bayānu Mā Yaf‘aluhu al-Ḥājj wal-Mu‘tamir
  18. Kitāb al-Tauḥīd; ada dua jilid yang diperuntukan bagi madrasah tsanawiyah
  19. Fatāwā wal-Maqālāt, yang disebarluaskan oleh majalah Ad Da’wah atau yang dikenal dengan Kitab Ad Da’wah
  20. Syarḥ Ḥadīts Jibrīl, dan lain-lain.


Sumber Wikipedia

mau Ebook salah satu karya beliau klikhdownload kitab
Share:

Kitab Syarhus Sunnah

Hasil gambar untuk syarhus sunnahSyarhus Sunnah (bahasa Arab: شرح السنة‎) adalah kitab akidah ahlus sunnah yang ditulis oleh Imam Al-Barbahari (w. 329 H).[1] Kitab klasik ini memuat 170 poin pada berbagai aspek mengenai keyakinan umat Islam, dengan memberikan rujukan kutipan dari Al-Qur'an, Sunnah, para sahabat dan ulama.[2] Kitab ini terkenal dengan kalimat di bagian awalnya "Islam adalah Sunnah[3], dan Sunnah adalah Islam".[4]

Kitab Syarh as-Sunnah karya Imam Barbahari ini terdaftar dalam Tabaqat al-Hanabilah (2/18) (daftar tokoh dan kitab mazhab Hambali) milik Ibnu Abu Ya'la, dan tersedia dalam bentuk manuskrip pada perpustakaan Al-Maktabah adz-Dzahiriyyah di Damaskus dengan tulisan tangan oleh Abul Qasim Ubaidillah bin Hamzah (w. 550H), dan dianggap berasal dari Al-Barbahari oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab "Bughyatul Murtad", oleh Adz-Dzahabi dalam "al-Uluww" dan "Tarikh al-Islam", dan "Siyar Alamin Nubala", juga oleh Ibnu Muflih dalam "Al-Furu" dan "Al-Adab asy-Syari'ah", dan juga dengan As-Safadi dalam "Al-Wafi bil-Wafayat", dan Ibnu Hajar dalam "Fathul Bari", dan oleh Ibnul Imad di "Syadharaat adz-Dzahab".[1] (sumber wikipedia).

Mau ebooknya silahkan download di   download

Semoga Bermanfaat
Share:

KITAB INILAH SERUAN KAMI

Inilah Seruan (dakwah) Kami dakwah SalafiyyahMuhammad Nashiruddin al-Albani (bahasa Arab: محمد ناصر الدين الألباني‎; lahir di Shkodër, Albania; 1914 / 1333 H – meninggal di Amman, Yordania; 2 Oktober 1999 / 21 Jumadil Akhir 1420 H; umur 84–85 tahun) adalah seorang ulama Hadits terkemuka dari era kontemporer (abad ke-20) yang sangat berpengaruh, dikenal di kalangan kaum Muslimin dengan nama Syaikh al-Albani atau Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, sebutan al-Albani ini merujuk kepada daerah asalnya yaitu Albania. Syaikh al-Albani adalah seorang ulama besar Sunni dan asli berdarah Eropa. Menelurkan banyak karya monumental di bidang hadits dan fiqh (fikih) serta banyak dijadikan rujukan oleh ulama-ulama Islam pada masa sekarang. Pernah menjadi dosen selama tiga tahun di Universitas Islam Madinah. Ia juga peraih Penghargaan Internasional Raja Faisal pada tahun 1999 atas karya-karya ilmiahnya.[4][5][6][7]
Shkodër, tempat kelahiran Al-Albani
Nama lengkapnya adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin bin Nuh an-Najati al-Albani, nama kunyahnya adalah Abu Abdurrahman (anak pertamanya bernama Abdurrahman) dan akrab di telinga umat Islam dengan nama Syaikh al-Albani, sedangkan al-Albani sendiri adalah penyandaran terhadap negara asalnya yaitu Albania. Syaikh al-Albani dilahirkan pada tahun 1914 di Kota Askhodera (Shkodër), sebuah distrik pemerintahan di Albania. Ayahnya adalah seorang ulama di sana, yaitu al-Hajj Nuh an-Najati (Haji Nuh, nama lengkapnya: Nuh bin Adam an-Najati al-Albani). Haji Nuh adalah salah satu pemuka Mazhab Hanafi di Albania dan begitu ahli di bidang ilmu syar'i yang didalaminya di Istanbul, Ibu kota Kesultanan Ottoman.

Saat Ahmet Zog (Zog dari Albania) naik takhta. Maka semenjak itu menjadi maraklah gelombang pengungsian orang-orang yang masih teguh mengadopsi nilai-nilai keislamannya, salah satu dari orang-orang itu adalah keluarga Haji Nuh yang memutuskan untuk migrasi ke Damaskus, ibu kota Syria yang ketika itu masih menjadi bagian dari wilayah Syam, saat itu Syaikh al-Albani baru berusia sekitar 9 tahun.[6]

Syaikh al-Albani tumbuh besar dan memulai lembaran-lembaran hidupnya di kota ini, latar belakangnya adalah berasal dari keluarga yang miskin, meskipun begitu pendidikan agama tetap menjadi acuan utama dalam kehidupan keluarganya. Oleh ayahnya, al-Albani kecil dimasukkan ke sebuah sekolah setingkat SD (sekolah dasar), yaitu al-Is'af al-Khairiyah al-Ibtidaiyah di Damaskus, lalu ayahnya memindahkannya ke sekolah lain. Di sekolah keduanya inilah ia selesaikan pendidikan dasar formalnya. Ayahnya tak memasukkan dirinya ke sekolah tingkat lanjutan, karena Haji Nuh memandang bahwa sekolah akademik dengan kurikulum formal ternyata tidak memberikan manfaat yang besar. Namun bukan berarti tak sampai di sini saja, demi program pendidikan yang lebih kuat dan terarah, ayahnya pun membuatkan kurikulum untuknya yang lebih fokus. Melalui kurikulum tersebut, Syaikh al-Albani mulai belajar al-Qur'an dan tajwidnya, ilmu sharaf, dan fiqih melalui mazhab Hanafi, karena ayahnya adalah ulama mazhab tersebut. Selain belajar melalui ayahnya, tak luput pula Syaikh al-Albani belajar dari ulama-ulama di daerahnya. Syaikh al-Albani pun mulai mempelajari buku Maraaqi al-falaah, beberapa buku Hadits, dan ilmu balaghah dari gurunya, Syaikh Sa'id al-Burhaani. Selain itu, ada beberapa cabang ilmu yang lain yang dipelajarinya dari Imam Abdul Fattah, Syaikh Taufiq al-Barzah, dan lain-lain.

Membaca adalah hobi yang digandrunginya. Proses belajar terus dijalaninya seiring dengan usianya yang semakin dewasa, ayahnya pun juga membekalinya keahlian dalam hal pekerjaan untuk menjadi modal mencari nafkahnya kelak, yaitu keahlian sebagai tukang kayu dan tukang reparasi jam. Tukang kayu adalah profesi awalnya, kemudian ia mengalihkan kesibukannya sebagai tukang reparasi jam, yang mana Syaikh al-Albani sangat mahir dalam bidang ini sebagaimana ayahnya. Karena keahlian reparasi jamnya sangat terkenal, hingga julukan as-Sa'ti (tukang reparasi jam) pun tersemat kepadanya saat itu.

Salah karya beliau dapat anda dapatkan gratis adalah klik di sini  download
x
Share:

Kitab Minhajul Qashidin

Buku – Tagged "koreksi ihya ulumuddin" – Yufid Store Toko MuslimIhya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits, sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya Ulumuddin. Di antaraulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya Ulumuddin ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya (Mukhtasar).[1]
a
Topik 
Kitab Ihya Ulumudin (احياء علوم الدين ) memiliki tema utama tentang kaidah dan prinsip dalam penyucian jiwa yakni menyeru kepada kebersihan jiwa dalam beragama, sifat takwa, konsep zuhud, rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan sentiasa menanamkan sifat ikhlas di dalam beragama. Kandungan lain dari kitab ini berkenaan tentang wajibnya menuntut ilmu, keutamaan ilmu, bahaya tanpa ilmu, persoalan-persoalan dasar dalam ibadah seperti penjagaan thaharah dan salat, adab-adab terhadap al-Qur'an, dzikir dan doa, penerapan adab akhlak seorang muslim di dalam pelbagai aspek kehidupan, hakikat persaudaraan (ukhuwah), obat hati, ketenangan jiwa, bimbingan memperbaiki akhlak, bagaimana mengendalikan syahwat, bahaya lisan, mencegah sifat dengki dan emosi, zuhud, mendidik rasa bersyukur dan sabar, menjauhi sifat sombong, ajakkan sentiasa bertaubat, pentingnya kedudukan tauhid, pentingnya niat dan kejujuran, konsep mendekatkan diri kepada Allah (muraqabah), tafakur, mengingati mati dan rahmat Allah, dan mencintai Rasulullah S.A.W..

Minhajul Qashidin
Kitab Ihya Ulumuddin kemudian di teliti dan dikerjakan ulang oleh Imam Ibnul Jauzi (597 H) lalu hasil pengerjaannya tersebut diberi nama Minhajul Qashidin wa Mufidush Shadiqin. Usaha Ibnul Jauzi dalam melakukan pengerjaan ulang kitab terhadap Ihya Ulumuddin ini dianggap begitu penting dan kompeten. Karena selain Ibnul Jauzi memiliki kesamaan dengan Imam Al-Ghazali di dalam hal disiplin keilmuan yang dikuasai. Imam Ibnul Jauzi memiliki kelebihan penguasaan yang ahli terhadap ilmu hadits, baik dari sisi riwayah maupun dirayah; sanad maupun matannya. Pengerjaan ulang oleh Ibnul Jauzi berfokus kepada penelitian ulang derajat hadits-hadits yang ada, kemudian melakukan eliminasi terhadap hadits-hadits yang maudhu, dhaif dan mauquf dan kemudian dia gantikan dengan dalil yang shahih dan hasan, sehingga didapatkan sebuah kitab yang kokoh sebagai pegangan.

Berkata Ibnul Jauzi tentang latar belakang dan metode penyusunan kitabnya: "Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali memiliki beberapa kekurangan yang hanya pakar/ahli ilmu (hadits) yang menyadarinya (mengenalinya), seperti pada riwayat yang disandarkan kepada Nabi S.A.W. namun ternyata maudhu atau tidak shahih. Oleh karena itu, aku menyusun sebuah buku yang terbebas dari masalah tersebut tadi, dengan tetap mempertahankan keutamaan (kebaikan) dari kitab aslinya (Al-Ihya). Dalam kitabku ini, aku bersandar hanya pada riwayat yang asli dan terkenal, dan aku hilangkan atau tambahkan dari kitab aslinya (Al-Ihya) apa yang dirasa perlu."[2]

Mukhtasar Minhajul Qashidin
Kitab Minhajul Qashidin merupakan sebuah kitab yang cukup tebal, sehingga mungkin tidak setiap kalangan mau dan mampu memanfaatkannya dengan baik. Kemudian kitab tersebut dibuat ringkasannya oleh Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi.

Bila dahulu Imam Ibnul Jauzi fokus kepada penelitian hadits-haditsnya, kitab mukhtasar ini sesuai dengan namanya, bertujuan kepada peringkasan dan membuat intisari dari kitab sebelumnya agar lebih ringkas, teratur, dan mudah dipahami. Juga ditambahkan penjelasan serta tambahan faedah yang diperlukan. Sehingga menjadi sebuah kitab yang mudah bagi para pelajar maupun masyarakat awam untuk memanfaatkannya.[3]

Ibnu Qudamah berkata tentang latar belakang dan metode penyusunan kitabnya: "Ketika aku membaca kitab Minhajul Qashidin karya Ibnul Jauzi, aku merasa bahwa kitab ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Jadi aku memutuskan untuk membacanya sekali lagi dengan tujuan untuk menyerap makna yang lebih dalam. Setelah membacanya untuk kedua kalinya, kekagumanku atas buku ini semakin bertambah. Aku mendapatinya begitu terstruktur dan aku ingin untuk memfokuskan pada poin-poinnya yang penting dan obyektif. Demi menempuh hal itu, aku tinggalkan beberapa topik, yang sudah banyak terdapat dalam kitab-kitab yang terkenal. Juga aku tidak menyusunnya sesuai urutan kitab aslinya, lalu aku tambahkan pula catatan tambahan yang diperlukan seperti hadits dan komentar".[2] (sumber wikipedia)

mau ebooknya klik ....

semoga bermanfaat
x
Share:

Sunnah Rosululloh Sehari Hari

Sudah selayaknya seorang muslim untuk mengikuti segala perilaku dari Rasulullah SAW. Walaupun hukumnya tidak wajib, tapi ada kemuliaan bagi mereka yang melakukan sunnah Nabi Muhammad SAW. Apalagi bagi umat muslim, syafaat dari beliau adalah suatu hal yang dinantikan. 
Tapi jika berbicara tentang sunnah, biasanya seseorang akan berpikir akan hal – hal berat yang harus dilakukan. Padahal banyak amalan sunnah ringan yang bisa dilakukan sehari – hari. Tapi walaupun ringan, amalan – amalan ini tidak boleh diremehkan begitu saja. Bisa jadi dari amalan sunnah ringan yang kita lakukan menjadi sebab turunnya Rahmat Allah SWT. 

Penasaran apa saja sunnah ringan yang bisa kita lakukan tiap hari? Nih beberapa diantaranya bisa Anda lihat di bawah ini. 

Bangun Lebih Awal
Hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah bangun lebih awal, yaitu sebelum waktu subuh tiba. Mungkin hal ini terasa berat jika belum terbiasa, padahal bangun pagi itu bukanlah hal yang susah. Rasulullah SAW mencontohkan untuk tidak tidur terlalu malam selepas sholat Isya.  Sedangkan manusia normal tidak akan bisa untuk tidur terlalu lama. Dengan tidur lebih awal, Anda akan bangun lebih awal dengan sendirinya. 

Jadi yang harus diubah hanya kebiasaan tidur Anda. Mudah bukan? 

Tersenyum
Salah satu sunnah yang bisa dilakukan setiap saat adalah dengan memberikan senyuman. Bagi seorang muslim, hendaknya menemui saudara sesama muslim dengan wajah yang ceria. Tapi jaga senyum Anda ketika menemui mereka yang bukan muhrim. Daripada tersenyum, akan lebih baik jika Anda menundukkan pandangan. 

Menggunakan Siwak
Salah satu benda yang tidak pernah tertinggal dan selalu dibawa Rasulullah kemanapun ia pergi adalah siwak. Ya, benda sederhana seperti siwak ternyata mempunyai keutamaan jika digunakan untuk beribadah. Salah satu contohnya, sholat 2 rokaat dengan bersiwak dianggap setara dengan sholat 70 rokaat tanpa bersiwak. 

Kalau dilihat dengan harga siwak yang relatif murah, mungkin Anda bisa membeli beberapa siwak untuk keperluan ibadah sehari – hari. Anda bisa menempatkan 1 di rumah, 1 di tas, dan mungkin 1 di kantor agar selalu sempat menjalani amalan ini. 

Jangan lupa juga untuk membaca niat sebelum bersiwak. Berikut adalah bacaan dari niatnya:

“Nawaitul istiyaaka sunnatan lillahi ta’aalaa”

Berbicara Baik atau Diam
Sebagai seseorang dengan akhlak yang mulia, tidak ada satupun kata yang tak pantas keluar dari lisan Rasulullah SAW. Oleh karenanya, seorang muslim disunnahkan untuk selalu berkata baik dan atau diam ketika ada keinginan berkata buruk.

Tidur Menghadap Kanan
Salah satu sunnah yang paling mudah dilakukan adalah membiasakan cara tidur sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Seperti yang telah dijelaskan pada hadits berikut.

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu,” (HR Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

Makan dan Minum Sambil Duduk
Hal sederhana seperti makan dan minum juga bisa menjadi amalan sunnah lho.  Dengan mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah, yaitu makan dan minum dengan duduk. Dan juga jangan lupa untuk membaca doa sebelumnya. Sekurang – kurangnya, ingatlah untuk membaca basmalah sebelum makan dan minum.

Mengucap Salam Ketika Masuk Rumah
Mengucap salam ketika masuk rumah adalah sebuah hal sederhana yang bisa berpengaruh pada kehidupan Anda di rumah. Terlebih jika kembali ke rumah dalam keadaan tak berpenghuni. Ada setan yang menghuni rumah ketika tidak ada penghuninya. Untuk mengusirnya, Anda cukup membaca basmalah ketika masuk dan mengucapkan salam. Akan lebih baik lagi Anda mengucap salam di setiap ruangan yang ada. 

Dengan mengucap salam, setan tersebut akan terusik dan meninggalkan rumah tersebut, sehingga suasana rumah akan jauh lebih tenang tanpa gangguan setan. 

Ketujuh hal di atas adalah bentuk amalan sunnah yang mudah untuk dikerjakan sehari – hari. Yuk kita penuhi hari – hari kita dengan sunnah Rasulullah SAW. InsyaAllah segala sesuatu yang kita kerjakan di setiap harinya akan mendapatkan keberkahan.  Wallahu a’lam bish-showab.(sumber Pergiumroh.com)

Mau ebooknya klik download
Share:

Advertisement

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

LISTEN QURAN

Listen to Quran

Popular Posts

Blog Archive

Recent Posts

Pages